Tuesday 21 April 2015

Cara Membuat Instrumen Penelitian Kuantitatif

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan ada empat macam skala sikap yang sering digunakan dalam instrumen penelitian pendidikan, yaitu Skala Likert, Skala Guttman, Rating Scale, dan Semantic Deferential. Keempat model skala sikap ini memiliki ciri khas sehingga mudah untuk dikenali dan dijadikan patokan dalam mengukur suatu instrumen. Untuk itu, perlu juga dijelaskan macam-macam instrumen yang biasa digunakan dalam penelitian pendidikan.

Meneliti identik dengan pengukuran, sehingga butuh alat yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur suatu variabel. Ada beberapa alat yang sudah terbukti valid dan reliabel untuk mengukur suatu variabel, contohnya adalah  calorimeter untuk mengukur panas, penggaris atau mistar untuk mengukur panjang, thermometer untuk mengukur suhu. 

Dalam bidang pendidikan, sebenarnya sudah ada instrumen yang valid  dan reliabel untuk menjadi alat ukur. Seperti instrumen untuk mengukur motivasi berprestasi, sikap, IQ, dan bakat. Namun instrumen juga harus disesuikan dengan kondisi atau tempat penelitian. Oleh karena itu, para peneliti pendidikan sering menyusun instrumen tersendiri termasuk dalam menguji validitas dan relibilitasnya. Jumlah instrumen penelitian disesuaikan dengan jumlah variabel yang diteliti.

Cara Menyusun Instrumen 

Titik tolak dari penyusunan instrumen adalah variabel-variabel yang akan diteliti. Kemudian variabel tersebut diberikan definisi operasionalnya. Langkah selanjutnya adalah membuat indikator-indikator yang mengacu pada definisi operasional suatu variabel. Dari Indikator atau "construct" tersebut lalu dijabarkan dalam bentuk butir-butir penyataan atau pertanyaan. Cara yang bisa dilakukan oleh peneliti adalah dengan membuat matrik pengembangan instrumen atau kisi-kisi instrumen.

Peneliti membutuhkan wawasan yang luas dan mendalam terkait variabel yang diteliti dan teori-teori yang mendukung. Penggunaan teori yang dipilih harus cermat agar mampu menghasilkan indikator yang valid. Peneliti dapat membaca berbagai referensi. 

Item-item instrumen dengan bahasa yang jelas dan mudah dipahami, sehingga semua pihak yang berkepentingan dalam penelitian tersebut dapat memahami apa yang dimaksud dalam item instrumen tersebut. 

Bentuk instrumen penelitian dapat berupa pilihan ganda, rating scale atau checklist. Bentuk manakah yang paling baik digunakan adalah disesuaikan dengan teknik pengumpulan data. Bila peneliti menggunakan angket untuk pengumpulan data maka instrumen dapat dibuat dalam bentuk pilhan ganda agar lebih komunikatif atau checklist agar ekonomis. Instrumen dalam bentuk checklist atau rating scale juga dapat digunakan untuk penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi atau wawancara. Jadi pedoman observasi dan wawancara dalam bentuk checklist. 

Peneliti juga perlu mengetahui situasi yang akan diteliti atau dijadikan responden. Berdasarkan pengetahuan tersebut, peneliti dapat menentukan menggunakan angket, observasi, wawancara atau gabungan. Angket lebih cocok digunakan bila responden banyak yang dapat membaca dengan baik dan dapat mengungkapkan hal-hal yang rahasia. Observasi cocok digunakan pada penelitian yang obyeknya manusia, proses kerja, gejala alam, dan jumlah responden yang kecil. Wawancara cocok digunakn bila ingin mengetahui hal-hal secara lebih mendalam dari jumlah responden yang sedikit. Gabungan cocok digunakan bila ingin mendapatkan data yang lengkap, akurat, dan konsisten.


Itu dulu yang perlu diketahui sebelum menentukan dan menyusun instrumen yang tepat untuk sebuah penelitian. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian akan dibahas pada materi selanjutnya yaitu Membuat Instrumen Penelitian yang Valid dan Reliabel.

Sumber:  Sugiyono. 2012. Metode Penelitian  Pendidkan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Halaman  147 - 172