Monday 18 May 2015

Cara Menentukan Ukuran Sampel Pada Penelitian Kuantitatif


Bila pada tulisan sebelumnya telah disampaikan teknik pengambilan sampel pada riset atau penelitian kuantitatif, maka pada kesempatan ini akan diulas cara menentukan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif. Kemampuan untuk menentukan ukuran sampel pada penelitian kuantitatif sangat penting dimiliki peneliti agar jumlah sampel yang diambil 100% dapat diwakili populasi. Jadi dengan jumlah sampel yang diambil oleh peneliti, hasilnya dapat diberlakukan untuk seluruh populasi. Makin besar jumlah sampel yang diambil, peluang generalisasi semakin kecil. Semakin kecil jumlah sampel yang diambil, makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan secara umum).

Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan untuk penelitian kuantitatif?

Jumlah sampel tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang diambil. Tingkat ketelitian atau kepercayaan yang dikehendaki juga dipengaruhi oleh sumber dana, waktu dan tenaga yang dimiliki peneliti. Bila peneliti menginginkan tingkat kepercayaannya besar, maka jumlah sampel yang diambil pun jumlahnya besar. Atas dasar ini lah, dana yang dibutuhkan pun bertambah banyak, karena peneliti harus membagikan instrumen kepada responden dalam jumlah yang banyak, termasuk ongkos transportasinya. Selain itu, waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk membagikan instrumen pada responden yang jumlahnya banyak.

Umumnya ada tiga tingkat kesalahan yang sering digunakan, antara lain 1%, 5%, dan 10%. Isaac dan Michaek telah mengembangkan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu. Rumus yang digunakan untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tertentu seperti di bawah ini.

Menentukan Ukuran Sampel Pada Penelitian Kuantitatif menurut Isaac dan Michael

Rumus diatas digunakan atas dasar asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Populasi yang sifatnya homogen, tidak menggunakan rumus diatas, misalnya mengukur populasi benda. Untuk lebih jelasnya dalam rumus Isaac dan Michael juga dilengkapi dengan tabel jumlah sampel dari populasi tertentu dengan taraf kesalaha 1%, 5% dan 10 %.


Selain Isaac dan Michael masih ada rumus lain untuk menghitung sampel, seperti yang disampaikan oleh Cohran, dan Cohen.  Lebih baik memilih rumus yang menghasilkan jumlah ukuran sampel lebih banyak. 

Bagaimanakah cara menentukan ukuran sampel untuk penelitian?

Bila masih bingun untuk menentukan ukuran sampel, saran dari Roscoe dalam buku Research Methods For Business (1982 : 253) bisa dipertimbangkan, yaitu:
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya : pria - wanita, PNS - pegawai swasta, dll) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariat (korelasi atau regresi ganda misalnya) maka jumlah sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana dengan menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota masing-masing antara 10 s.d. 20.

Bagaimana cara mengambil anggota sampel?

Ada dua teknik yang digunakan dalam sampling yaitu probability sampling dan nonprobability sampling.

DOWNLOAD MEDIA PEMBELAJARAN K13

Sumber:
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. halaman: 126 - 132.

Cara Menentukan Sampel dari Populasi Pada Penelitian Kuantitatif

Dua istilah yang sangat populer dalam penelitian atau riset kuantitatif adalah sampel dan populasi. Keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya dan saling berhubungan. Peneliti kuantitatif selalu menggunakan keduanya sebagai bagian penting dalam mengumpulkan data penelitian. Valid atau tidaknya suatu instrumen penelitian juga ditentukan oleh adanya sampel dari populasi penelitian kuantitatif. Kemampuan peneliti dalam menentukan jumlah sampel juga menjadi bagian tahap terpenting sebelum mengumpulkan data.

Populasi dapat diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dapat berupa orang, benda atau karakteristik yang dimiliki oleh subyek atau obyek penelitian.

Sampel diartikan sebagai bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi terntentu. Atas dasar keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, peneliti dapat mengambil sampel dari populasi yang jumlahnya besar. Sampel yang baik harus representatif atau mewakili artinya apa yang dipelajari dari sampel penelitian yang diambil dapat diberlakukan untuk populasi penelitian.

Teknik Sampling

Sampling atau teknik penentuan sampel penelitian   dapat dikategorikan ke dalam dua kelompok yaitu probability sampling dan non probability sampling. 

Probability sampling adalah teknik penentuan sampel yang memberikan peluang sama bagi tiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel penelitian, yang terdiri dari simple random samping, propotionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area (clusterr) sampling. Simple random samping teknik penentuannya dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Propotionate stratified random sampling adalah teknik penentuan sampel pada populasi yang sifatnya tidak homogen dan berstrata secara proporsional.  Disproportionate stratified random sampling adalah teknik penentuan sampel  yang tidak homogen dan berstrata tetapi tidak proporsional.  Area (clusterr) sampling adalah teknik penentuan sampel yang digunakan untuk menentukan sampel yang memiliki obyek penelitian atau sumber data yang sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi, atau kabupaten. Penentuan sampel berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

Nonprobability Sampling adalah teknik penentuan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsrut atau anggota populasi untuk dijadikan sampel. Teknik ini terdiri atas sampling sistematis, kuota, aksidental, purposive, jenuh snowball. Sistematis sampling dilakukan dengan cara menentukan sampel secara sistematis dari populasi yang ada, misalnya dari 100 orang diurutkan dengan nomor. Kemudian peneliti dapat menentukan sampel yang bernomor ganjil atau genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu. Sampling kuota adalah teknik penentuan sampel yang dilakukan pada populasi yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai batas jumlah yang ditetapkan peneliti. 
Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel yang berdasarkan kebetulan saja yaitu kepada orang-orang yang kebetulan dijumpai peneliti yang dirasa cocok oleh peneliti. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Teknik ini dilakukan bila jumlah populasi jumlahnya sedikit, yaitu kurang dari 30 orang. Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya sedikit kemudian berkembang menjadi banyak. Peneliti awalnya memilih satu atau dua orang, tetapi karena dari dua orang tersebut dirasa data masih kurang kemudian peneliti mencari orang lain yang dipandang dapat memberikan data yang lebih lengkap. Hal ini terus dilakukan sampai peneliti merasa yakin bahwa data yang terkumpul sudah cukup.

Pada umumnya peneliti kuantiatif dalam menentukan sampling dengan memakai teknik Probability sampling, yang terdiri dari simple random samping, propotionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area (clusterr) sampling.


Sumber:
Sugiyono. 2012. Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantiatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Penerbit Alfabeta. Halaman: 117 - 125.

Monday 11 May 2015

Metode Penelitian Eksperimen: Factorial Design

Metode penelitian eksperimen memiliki banyak model atau desain. Bila pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan metode penelitian atau riset eksperimen dengan desain pre-experimental dan true-experimental, maka pada kesempatan ini akan dijelaskan desain yang lain dari metode penelitian eksperimen. Factorial design merupakan modifikasi dari desain true-sxperimental yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan atau treatment variabel independen terhadap hasil atau variabel dependen.

Paradigma dari penelitian factorial desain dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
   R     O1      X          Y1           O2
   R     O3                   Y1           O4
   R     O5      X          Y2           O6
   R     O7                   Y2           O8

Penelitian eksperimen dengan desain ini cara melakukannya adalah dengan memilih semua kelompok secara random kemudian diberikan pretest. Kelompok yang baik untuk dijadikan penelitian adalah ketika memiliki hasil pretest yang sama yaitu antara O1  =  O3  = O5  =  O7. Sesuai paradigma penelitian yang seperti ada di atas, variabel moderatornya adalah Y1 dan Y2. 

Sebagai gambaran dari penelitian dengan desain ini adalah penelitian untuk mengukur pengaruh pelayanan akademik baru di suatu sekolah terhadap kepuasan siswa. Untuk itu, peneliti kemudian memilih empat kelompok yang diambil secara random dan diberiken pretest  Peneliti menggunakan jenis kelamin sebagai variabel moderator yaitu laki-laki (Y1) dan perempuan (Y2).

Perlakuan pelayanan akademik baru dicobakan pada kelompok eksperimen pertama yang sebelumnya telah diberikan pretest (O1 = kelompok laki-laki), Kelompok eksperimen kedua (05 = kelompok perempuan) yang sebelumnya telah diberikan pretest juga mendapat perlakuan yaitu pelayanan akademik baru.

Untuk mengetahui besarnya pengaruh perlakuan terhadap kepuasan siswa di suatu sekolah untuk kelompok laki-laki dapat diperoleh dengan cara = (O2 -  O1) - (O4 - O3). Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh perlakuan terhadap kepuasan siswa untuk kelompok perempuan dapat diperoleh dengan cara = (O6 -  O5) - (O8 - O7). 

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, bila terdapat perbedaan pengaruh pelayanan akademik baru terhadap kepuasan siswa antara kelompok aki-laki dan perempuan. Maka penyebab utama kepuasan siswa bukan pada perlakuan yaitu pelayanan akademik baru, melainkan adalah jenis kelamin yang berperan sebagai variabel moderator. Hal ini dapat diketahui karena treatment yang diberikan sama, yaitu dengan cara yang sama, di tempat yang sama, pada kondisi yang sama, hanya yang membedakan adalah pihak-pihak yang memberikan pelayanan akademik baru berbeda yaitu antara kelompok laki-laki dan kelompok perempuan. Dengan menggunakann desain penelitian ini, peneliti menjadi tahu bahwa ada variabel moderator yang memiliki pengaruh besar terhadap kepuasan siswa.

Nah, itulah penjelasan singkat dari metode penelitian eksperimen dengan menggunakan factorial desain. Tertarik untuk melakukannya? Itu bagus agar pendapat anda menjadi kuat dengan didukung oleh penelitian yang imiah.

Thursday 7 May 2015

Metode Penelitian Eksperimen: True Experimental Design

True-experimental design merupakan metode penelitian atau riset yang betul-betul eksperimen karena peneliti dapat mengontrol semua variabel yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Hal ini sangat berbeda dengan model Pre-Experimental Designs yang masih memungkinkan adanya pengaruh variabel luar dan peneliti tidak mampu mengontrol. Sampel dari penelitian true-experimental designs diambil dari kelompok tertentu secara random. Antara kelompok perlakuan dan kontrol diambil secara random. Dengan adanya kemampuan peneliti untuk mengontorl semua variabel yang mempengaruhi maka validitas internal desain penelitian ini tinggi. Ada dua macam penelitian true-experimental design, yaitu Posstest Only Control Design dan Pretest Group Design.


DOWNLOAD MEDIA PEMBELAJARAN


Posttest Only Control Design

Paradigma dari penelitian desain ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
R   X   O2
R   X   O4
Penjelasannya adalah sebagai berikut: ada dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random. Lalu kelompok pertama diberikan perlakuan atau treatment, sedangkan kelompok lain tidak diberikan perlakuan. Kelompok yang mendapatkan perlakuan disebut kelompok eskperimen, sedangkan kelompok yang tidak mendapat perlakuan disebut kelompok kontrol. Pengaruh atau tidaknya suatu perlakuan dapat diketahui dengan cara (O1 : O2) dan dianalisis dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Perlakuan dapat dikatakan berpengaruh secara signifikan jika terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.

Pretest-Posttest Control Group Design

Paradigma dari penelitian desain ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
R    O1  X   O2
R    O2  X   O4
Penjelasannya adalah sebagai berikut: ada dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random, kemudian diberikan pretest. Pretest dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Pretest yang baik adalah hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakukan dengan kelompok kontrol.  Pengaruh Perlakuan dapat diketahui dengan cara (O2  - O1) - (O4  - O2).


sumber:
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta; halaman: 112 - 113

Wednesday 6 May 2015

Metode Penelitian Eksperimen: Pre-Experimental Designs

Ada beragam desain penelitian atau riset eksperimen salah satunya adalah Pre-Experimental Designs. Mengapa dinamakan demikian? Karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Hal ini disebabkan masih adanya variabel luar yang berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Tidak adanya variabel kontrol menyebabkan variabel luar berpengaruh. Selain itu, pemilihan sampel pada desain ini dilakukan tidak dipilih secara random.

DOWNLOAD MEDIA PEMBELAJARAN K13

Design Pre-Experimental memiliki beberapa jenis yaitu: One-Shot Case Study, One Group Pretest-Postest, Intact-Group Comparison.

One-Shot Case Study

Peneliti memberikan perlakuan atau treatment pada suatu kelompok, kemudian hasilnya diobservasi oleh peneliti. Perlakukan adalah variabel independen, dan hasilnya adalah variabel dependen. Paradigma dari penelitian ini dapat digambarkan seperti di bawah ini:

X   0

X adalah treatment yang diberikan  atau disebut variabel independen
0  adalah observasi atau variabel dependen

Contohnya adalah penelitian: pengaruh kelas ber-AC terhadap daya tahan belajar meditasi. Terdapat kelompok murid yang menggunakan ruang kelas ber-AC untuk belajar meditasi duduk. Kemudian diukur daya tahan meditasi duduknya. Pengaruh ruang kelas ber-AC diukur dengan membandingkan daya tahan belajar meditasi sebelum menggunakan ruang kelas ber-AC. Misalnya sebelum menggunakan kelas ber-AC, siswa hanya tahan duduk meditasi selama 15 menit, kemudian setelah menggunakan ruang kelas ber-AC siswa dapat duduk selama 45 menit. Jadi pengaruh ruang kelas ber-AC terhadap daya tahan belajar meditasi adalah 45 - 15 = 30 menit.

One Group Pretest-Posttest

Peneliti sebelumnya memberikan pre-test kepada kelompok yang akan diberikan perlakukan. Kemudian peneliti melakukan perlakuan atau treatment. Setelah selesai perlakuan, peneliti memberikan post-test. Besarnya pengaruh perlakuan dapat diketahui secara lebih akurat dengan cara membandingkan antara hasil pre-test dengan post-test. Untuk memudahkan memahami paradigma penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

O1  X  O2

Keterangan:
O1 = nilai pretest (sebelum perlakuan misalnya bimbingan belajar)
O2 = nilai postest (setelah perlakuan misalnya bimbingan belajar)
Pengaruh bimbingan belajar terhadap prestasi belajar diperoleh dengan cara O2 - O1

Intact-Group Comparison

Ada satu kelompok yang diteliti, tetapi kelompok tersebut kemudian dibagi menjadi dua. Setengah kelompok pertama disebut kelas eksperimen karena menerima perlakuan, sedangkan setengah kelompok selanjutnya disebut kelas kontrol karena tidak diberikan perlakuan. Paradigma penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

X   O
      O2

Keterangan:
O1 = Hasil pengukuran setengah kelompok yang mendapat perlakuan
O2 = Hasil pengukuran setengah kelompok yang tidak mendapat perlakuan
Pengaruh perlakuan adalah O1 - O2
Contohnya adalah pengaruh metode demontrasi terhadap kemampuan siswa memimpin puja bhakti dalam pelajaran pendidikan agama Buddha. Ada dua kelas yang mendapat pelajaran pendidikan agama Buddha. Satu kelas diberikan pembelajaran dengan demontrasi, kelas yang lain diberikan pembelajaran dengan ceramah, Setelah tiga bulan kemampuan siswa diukur. Bila kemampuan siswa yang diajar dengan menggunakan metode demonstrasi  lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan siswa yang diajar dengan metode ceramah, maka kesimpulannya adalah metode demonstrasi berpengaruh positif terhadap kemampuan siswa memimpin puja bhakti.

Sesuai dengan penjelasan di atas, bahwa penelitian dengan desain ini masih memungkinkan adanya pengaruh dari variabel luar dan sulit dikontrol, maka validitas internal penelitian menjadi lemah.


Mau download Media Pembelajaran PAB untuk Kurikulum 2013?
Klik di sini

Metode Penelitian Eksperimen

Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan berdasarkan setting atau tempat penelitian ada tiga metode penelitian yaitu penelitian eksperimen, penelitian survey, dan penelitian naturalistik. Semua metode penelitian tersebut memiliki tingkat kesukaran tersendiri. Oleh karena itu, sebelum memilih salah satu metode, perlu memahami ketiga metode tersebut secara teoritis. Untuk itulah, pada pembahan ini secara khusus akan menjelaskan satu metode yaitu untuk penelitian eksperimen, sehingga pengetahuan ini akan menjadi pertimbangan memilih metode penelitian eksperimen.

Metode penelitian eksperimen adalah bagian dari penelitian kuantitatif yang memiliki salah satu ciri khas yaitu adanya kelompok kontrol. Penelitian eksperimen untuk bidang pendidikan agak sulit diterapkan dibandingkan dengan penelitian eksperimen untuk seperti fisika atau ilmu pasti. Penelitian pendidikan sebagai bagian dari penelitian sosial sulit menerapkan penelitian eskperimen dengan hasil yang akurat karena ada banyak variabel luar lainnya yang berpengaruh dan itu sulit untuk dikontrol. Misalnya adalah mencari pengaruh metode pembelajaran kooperatif STAD terhadap kecepatan pemahaman murid dalam pelajaran agama Buddha.

Peneliti sulit mengetahui secara akurat seberapa besar pengaruh metode pembelajaran terhadap kecepatan pemahaman siswa. Peneliti sebelumnya harus mengukur kecepatan pehamanan siswa sebelum menggunakan metode STAD dan sesudahnya atau membandingkan antara kelas yang menggunakan STAD dan kelas lain yang menggunakan metode lainnya. Selain itu, kecepatan pehamanan juga banyak dipengaruhi variabel lain seperti IQ, pengalaman belajar, motivasi belajar, minat belajar.

Ada banyak desain yang bisa dipilih peneliti eksperimen antara lain: pre-experimental design, true-experimental design, factorial design, dan quasi experimental design. Keempat desain penelitian eskperimen ini akan dibahas lebih detail pada pembahasan selanjutnya.

Monday 4 May 2015

Cara Mengumpulkan Data Penelitian Kuantitatif Melalui Observasi

Hasil penelitian atau riset yang berkualitas ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah cara mengumpulkan data. Penelitian kuantitatif memiliki beberapa teknik pengumpulan data yaitu angket, wawancara, dan observasi. Observasi menjadi cara mengumpulkan data yang tepat untuk penelitian yang berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam. Jumlah responden yang tidak terlalu besar juga menjadi alasan pemilihan observasi sebagai cara pengumpulan data penelitian kuantitatif. Dibandingkan dengan dua teknik pengumpulan data yang lain yaitu angket dan wawancara, observasi memiliki ciri yang spesifik. Angket dan wawancara hanya terbatas pada komunikasi dengan orang, sedangkan observasi tidak terbatas pada orang, tetapi obyek-obyek yang ada di alam. Ada dua hal yang sangat penting selama proses observasi yaitu proses-proses pengamatan dan pencatatan. Ada dua jenis observasi berdasarkan proses pelaksanaannya yaitu observasi berperanserta dan observasi nonpartisipan.

Observasi Berperanserta (Participant Observation)

Teknik  ini dilakukan dengan cara peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang-orang yang diamati. Peneliti melakukan aktivitas yang sama dengan obyek atau orang yang diamati, Merasakan hal yang sama dengan orang yang diamati, suka duka dalam menjalani aktivitas tersebut. Pengamatan dengan cara ini akan menghasilkan data yang lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkatan makna dari setiap perilaku yang diamati. 

Observasi Nonpartisipan

Peneliti tidak ikut terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang diamati. Peneliti menjadi pengamat yang independen. Peneliti hanya mencatat, mengamati, dan kemudian menyimpulkan obyek yang diamati. Kelemahan dari observasi jenis ini adalah data yang diperoleh tidak tajam dan mendalam, serta tidak sampai pada tingkat makna dari perilaku obyek yang diamati. Ada dua macam observasi nonpatisipan, yaitu observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur.

Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang oleh peneliti secara sistematis, tentang apa saja yang diamati, kapan dan dimana tempatnya. Pengamatan model ini dapat dilakukan jika peneliti sudah mengetahui dengan pasti variabel yang diteliti. Peneliti juga menggunakan instrumen yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya seperti pedoman wawancara tertutup dan angket tertutup. 

Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa saja yang diamati, kapan dan dimana tempatnya. Hal ini dikarenakan peneliti tidak terlalu tahu tentang variabel yang sedang diteliti. Peneliti tidak menggunakan instrumen yang sudah valid dan reliabel, tetapi hanya menggunakan pengamatan saja. 


Sumber:
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. halaman: 203 - 205.

Sunday 3 May 2015

Cara Mengumpulkan Data Penelitian Kuantitatif Melalui Angket

Cara Mengumpulkan Data Penelitian Kuantitatif Melalui Angket. Angket menjadi teknik yang sering dipakai untuk mengumpulkan data pada riset atau penelitian kuantitatif. Cara ini dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Cara ini menjadi efisien untuk digunakan peneliti yang sudah tahu variabel yang diteliti dan apa yang bisa diharapkan dari responden. Cara ini juga baik digunakan untuk responden yang jumlahnya banyak  dan tersebar di wilayah yang luas. Pertanyaan atau pernyataan yang dibuat di angket sifatnya dapat terbuka atau tertutup. Bila peneliti tidak memiliki waktu untuk bertemu langsung dengan responden, angket dapat di kirim melalui pos atau internet.

Prinsip Penulisan Angket

Isi dan tujuan pertanyaan atau pernyataan:
Peneliti harus teliti dalam membuat pertanyaan atau pernyataan di angket. Bila tujuannya adalah untuk mengukur, maka setiap pertanyaan atau pernyataan disusun dalam sekala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti.

Bahasa yang digunakan:
Peneliti harus menyesuaikan bahasa angket dengan kemampuan bahasa responden. Gunakan bahasa yang dipahami responden agar dapat memahami pertanyaan atau pernyataan di angket. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan pemilihan bahasa adalah tingkat pendidikan dan sosial budaya responden.

Tipe dan bentuk pertanyaan:
Peneliti dapat membuat pertanyaan terbuka atau tertutup. Pertanyaan terbuka memberi kesempatan kepada responden sesuai dengan harapan responden dalam bentuk uraian. Pertanyaan tertutup mengharap responden memberi jawaban singkat atau memilih alternatif jawaban yang telah disediakan. Jawaban berbentuk data nominal, ordinal, interval, rasio. Kalimat yang digunakan dapat juga bersifat positif atau negatif.

Pertanyaan tidak mendua
Pertanyaan yang dibuat dalam angket disusun dengan baik dan tidak memberikan makna ganda. Pertanyaan yang memberikan makna ganda dapat membuat responden bingung atau responden tidak menjawab sesuai dengan harapan peneliti.

Tidak menanyakan yang sudah lupa
Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang mudah dijawab responden tanpa harus berpikir lama, atau pertanyaan-pertanyaan pada hal-hal masa lalu yang kemungkinan besar sudah responden lupa.

Pertanyaan tidak menggiring
Pertanyaan yang baik di angket adalah tidak menggiring responden pada jawaban yang baik saja tau buruk saja. Saat akan menuliskan pertanyaan-pertanyaan di angket sebaiknya diperhatikan kembali agar tidak mengondisikan responden menjawab positif atau negatif semua.

Panjang Pertanyaan
Pertanyaan yang baik di angket adalah tidak terlalu panjang yang bisa membuat jenuh responden. Bila jumlah variabel yang diteliti banyak, peneliti dapat membuat instrumen yang bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang digunakan. Empirik jumlah pertanyaan yang memadai adalah antara 20 s.d. 30 pertanyaan.

Urutan Pertanyaan
Pertanyaan diurutkan dari yang sifatnya umum ke hal-hal yang khusus atau spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak. Urutan pertanyaan secara psikologis mempengaruhi semangat responden dalam menjawab. 

Prinsip Pengukuran
Instrumen angket harus dapat digunakan untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Agar didapat data yang valid, instrumen angket harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Bila dari uji validitas dan reliabilitasnya terdapat item yang tidak valid dan reliabel, maka item pertanyaan itu tidak digunakan saat pengumpulan data penelitian.

Penampilan Fisik Anget
Angket dibuat dalam kertas yang menarik atau bagus. Salah satunya dibuat dengan cara berwarna agar menarik perhatian responden. Tapi peneliti juga harus mempertimbangkan biayanya agar jangan sampai pembuatan angket mengeluarkan biaya yang mahal.

Sumber:
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. halaman 199 - 203.